Latest Post

Alasan landasan pacu, Garuda Indonesia tak bisa terbang ke London

Rabu, 03 Februari 2016 | 3.2.16


Direktur Utama PT Garuda Indonesia M. Arif Wibowo mengatakan Garuda Indonesia memindahkan rute penerbangan Boeing 777-300ER Jakarta - London. Alasannya, pacu landasan Bandara Soekarno-Hatta belum layak untuk pesawat berbobot 350 ton ini.

Garuda Indonesia juga memutuskan memindahkan bandara tujuan di London. Dari Bandara London Gatwick ke Bandara Internasional London Heathrow. Alasannya, posisi Bandara Heathrow lebih dekat ketimbang Bandara London Gatwick.

"Kita belum bisa langsung karena memang kendala di landasan kita di Cengkareng yang masih diusahakan AP II (Angkasa Pura II) untuk diperbaiki dan memungkinkan Garuda Indonesia untuk bisa terbang langsung ke London," kata Arif, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Senin (1/2).

Untuk itu, Garuda Indonesia harus mengurangi jumlah penumpang sebanyak 90 orang. Ini yang menjadi kendala Indoensia bersaing dengan maskapai internasional.

"Saya kira ini tidak visible untuk penerbangan jarak jauh. Kenapa, karena tidak bisa bersaing. Artinya sudah waktunya bersama-sama Indonesia membangun Indonesia Corporate Airline, yang mana jadi pilar untuk transportasi udara di wilayah Internasional," kata dia.

Arif mendorong kepada Angkasa Pura II mampu mempercepat proses pembangunan landasan pacu di Bandara Internasional Soetta. Menurut dia, dengan adanya pacu landasan yang bertaraf internasional mampu menguatkan daya saing maskapai lokal di mancanegara.

"Dengan ada landasan pacu yang bisa langsung menerbangkan untuk rute jarak jauh, makan semua airline asing beroperasi di Indonesia dan sangat besar pasar. Penerbangan langsung jarak jauh akan memberikan kompetisi yang baik," pungkas dia.


Sumber

Penerbangan tepat waktu, maskapai Menteri Susi terburuk kedua


Susi Air ditetapkan sebagai maskapai penerbangan dengan keterlambatan tertinggi kedua sepanjang paruh akhir 2015. Di atas Trigana Air dan di bawah Travel Express.

Itu didasarkan pada hasil evaluasi terkait ketepatan waktu atau on time performance (OTP) 15 maskapai penerbangan berjadwal domestik dilakukan Kementerian Perhubungan. Evaluasi berlangsung sepanjang Juli hingga Desember 2015.

Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan JA Barata mengatakan sepanjang periode itu terdapat 356.621 penerbangan. Sebanyak 275.172 penerbangan atau 77,16 persen dinilai tepat waktu.

Sebaliknya, keterlambatan dialami 73.950 penerbangan (20,74 persen). Sisanya, 7.668 penerbangan (2,15) mengalami pembatalan

"Dari evaluasi tersebut, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penerbangan," ujarnya dalam keterangan tulis, Jakarta, Selasa (2/2).

Trigana tercatat mengalami sebanyak 2.384 keterlambatan penerbangan. Itu 45,74 persen dari total 5.212 penerbangan.

Sementara maskapai milik Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengalami 7.271 keterlambatan penerbangan. Itu 34,96 persen dari total 20.801 penerbangan.

Lalu, Travel Express mengalami 1.717 keterlambatan penerbangan. Itu 33,28 persen dari total 5.159 penerbangan.


Sumber

Kelambanan maskapai, faktor utama penerbangan telat di Tanah Air


Faktor nonteknis yang terkait manajerial maskapai dinilai menjadi penyebab terbesar keterlambatan penerbangan di Tanah Air. Di antaranya, keterlambatan kru pesawat, katering, menunggu penumpang check in.

Kemudian, ketidaksiapan pesawat, dan keterlambatan penanganan di darat.

Itu didasarkan pada hasil evaluasi terkait ketepatan waktu atau on time performance (OTP) 15 maskapai penerbangan berjadwal domestik dilakukan Kementerian Perhubungan. Evaluasi berlangsung sepanjang Juli hingga Desember 2015.

Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan JA Barata mengatakan sepanjang periode itu terdapat 356.621 penerbangan. Sebanyak 275.172 penerbangan atau 77,16 persen dinilai tepat waktu.

Sebaliknya, keterlambatan dialami 73.950 penerbangan (20,74 persen). Sisanya, 7.668 penerbangan (2,15) mengalami pembatalan

"Dari evaluasi tersebut, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penerbangan," ujarnya dalam keterangan tulis, Jakarta, Selasa (2/2).

Dari 73.950 penerbangan telat, sebanyak 36.702 atau 49,63 persen di antaranya diakibatkan faktor nonteknis.

Kemudian, sebanyak 24.216 penerbangan telat (32,75 persen) akibat faktor teknis atau di luar manajemen maskapai. Semisal, bandara belum bisa digunakan, keretakan landasan pacu, keterlambatan pengisian bahan bakar, dan antrean pesawat take off atau landing.

Sebanyak 11.713 penerbangan (15,84 persen) terlambat lantaran cuaca buruk. Sisanya, sebanyak 1.902 penerbangan (2,57 persen) terlambat lantaran faktor di luar teknis, nonteknis, dan dan cuaca.

Seperti, kerusuhan atau demonstrasi di wilayah bandara.


Sumber

Ini 3 Maskapai Paling Tepat Waktu di Indonesia


Batik Air menjadi maskapai penerbangan nasional dengan tingkat ketepatan waktu atau on time performance (OTP) terbaik jika dibandingkan dengan 14 maskapai nasional dengan penerbangan berjadwal lainnya. Tingkat ketepatan waktu Batik Air mencapai 91,21 persen.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata menjelaskan, Kementerian Perhubungan telah mengevaluasi ketepatan waktu maskapai dalam negeri selama 6 bulan atau untuk periode Juli 2015 sampai dengan Desember 2015. Evaluasi dilakukan kepada 15 maskapai berjadwal.

"Dari periode tersebut, terdapat 356.621 penerbangan dan persentase yang tepat waktu mencapai 77,16 persen atau sebanyak 275.172 penerbangan," ucapnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (2/1/2016).

Tiga maskapai dengan persentase OTP tertinggi pada periode tersebut adalah pertama, Batik Air dengan prosentase OTP sebesar 91,21 persen, dengan jumlah penerbangan tepat waktu sebanyak 23.366 penerbangan dari total 25.617 penerbangan.

Kedua, Nam Air dengan OTP 90,61 persen, atau penerbangan tepat waktu sebanyak 8.248 penerbangan, dari total 9.103 penerbangan.

Ketiga, yaitu Garuda Indonesia dengan OTP 85,82 persen, dengan penerbangan tepat waktu sebanyak 77.955 penerbangan dari total 90.832 penerbangan.

Barata melanjutkan, dari evaluasi tersebut juga terdapat maskapai dengan tingkat keterlambatan cukup tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penerbangan. Pertama adalah faktor teknis operasional, yaitu faktor keterlambatan yang disebabkan faktor kondisi bandara atau di luar manajemen maskapai.

Kedua, faktor non-teknis operasional, yaitu faktor keterlambatan penerbangan yang disebabkan karena manajemen maskapai. Ketiga faktor cuaca dan keempat, faktor lainnya adanya kerusuhan atau demonstrasi di wilayah bandara.



Sumber