Hingga saat ini kepastian pembangunan Bandara Ahmad Yani masih menunggu disahkannya surat perjanjian kerja sama antara PT Angkasa pura dengan TNI AD, oleh Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan.
Menurut General Manager PT Angkasa Pura I Bandara A Yani, Priyo Jatmiko, Perjanjian kerja sama (PKS) antara TNI AD dengan PT Angkasa Pura I, tentang pemanfaatan lahan Bandara Ahmad Yani, belum juga selesai.
Jadi, belum jelas kapan pembangunan akan segera dimulai. “Prosesnya sampai saat ini masih berhenti di Kementerian Keuangan,” katanya, dilansir Suara Merdeka.
Dikatakan, dalam dua tahun, pengembangan Bandara Ahmad Yani diprediksi akan selesai. Perluasan bandara akan mampu menampung jumlah penumpang, pesawat, dan muatan kargo hingga 20-30 tahun ke depan.
Dalam masterplan rencana pengembangan disebutkan, apron akan dibangun dua tahap. Tahap pertama seluas 61.344 meter persegi dapat menampung Boeing 767 dua buah dan Boeing 737 delapan buah. Pembangunan pada tahap dua seluas 72.522 meter persegi dapat menampung pesawat Boeing 767 dua buah dan 10 Boeing 737.
Untuk terminal baru akan dibangun seluas 40.900 meter persegi dengan kapasitas empat juta penumpang per tahun. Saat ini detail enginaring design (DED) proyek telah mencapai 90 persen.
General Affair and Communication Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani, Anom Fitranggono menuturkan, saat ini luas apron eksisting 29.032 meter persegi dan hanya bisa menampung enam pesawat berbadan sedang, dan dua pesawat baling-baling.
“Luas terminal penumpang 6.708 meter persegi, sedang luas terminal eksisting 6.108 meter persegi dengan kapasitas hanya 900.000 penumpang per tahun,” katanya.
Sumber