Labuan Bajo (ANTARA News) - Balai Taman Nasional Komodo mencatat wisatawan berasal dari 104 negara mengunjungi taman nasional yang juga ditetapkan sebagai Cagar Biosfer itu, sejak Januari hingga menjelang akhir 2013.
"Jumlah wisatawan mancanegara tahun 2013 ini sekitar 60.000 orang dari 104 negara, tahun lalu sekitar 50.000," kata Kepala Balai Nasional Komodo Sustyo Iriyono di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
Ia menyebutkan mereka antara lain berasal dari Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Italia, dan Korea Selatan.
Selain merupakan satu di antara 50 taman nasional, Pulau Komodo dan sekitarnya juga kawasan Cagar Biosfer, yaitu situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerja sama program Man and The Biosfer (MAB-UNESCO) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan berdasarkan upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan andal.
Sustyo menyebutkan dari kunjungan wisatawan tersebut pihaknya pada 2013 menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp4,5 miliar. Jumlah tersebut memang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan dana pengelolaan taman nasional itu yang sekitar Rp12 miliar yang dipenuhi dari APBN.
Menurut dia, pengelolaan taman nasional itu bisa berubah dari "cost center" menjadi "profit center" jika tarif masuk kawasan itu tidak terlalu murah seperti saat ini dan jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat.
"Saat ini tarif tiket masuk untuk wisatawan domestik hanya Rp2.000 dan wisman hanya Rp20.000," katanya.
Ia juga berharap "bottle neck" yang menghambat peningkatan jumlah pengunjung dapat dikurangi seperti pembangunan bandara dan tarif penerbangan yang lebih murah.
Mengenai tantangan dalam pengelolaan Taman Nasional dan Cagar Biosfir Komodo, katanya, antara lain perburuan liar, praktik penangkapan dengan pengeboman dan kebakaran lahan atau hutan.
"Di kawasan ini ada 40 situs dengan 1.000 jenis ikan dan beragam jenis terumbu karang sehingga ditetapkan menjadi cagar biosfer," katanya.
Mengenai komodo, katanya, merupakan reptil besar dengan panjang rata-rata tiga meter dan berat 100 kilogram atau satu kwintal yang hanya ada di kawasan Taman Nasional Komodo.
"Musim kawin reptil ini pada Juli-Agustus, masa bertelur pada September dan sekali bertelur sebanyak 15-30 butir per ekor, kemudian menetas pada Februari," katanya.
Menurut dia, dari jumlah telur tersebut, yang akan menetas sekitar 80 persen dan yang dapat tumbuh dewasa sekitar 10 persen.
Ia menyebutkan binatang dengan masa hidup rata-rata 30 tahun itu merupakan pemangsa sesama sehingga yang bertahan hanya yang kuat dan produktif.
"Komodo memiliki 35 jenis bakteri di air liurnya sehingga apapun yang dimakan akan hancur termasuk tulang," kata Sustyo Iriyono.
Sumber